Tag :
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghH2XQ2ZfKwDQshQ9E4po8AhMXYbG-QwfDmfGWgEmJosi3JrKoNo_Di7EZImSvjQleKCElsFhltoGf8kqQlohs2XSf9McO46yKLpsjq88qsG_OT8x9fnK_EC1yXVoMxinQvt08Y0sVKuxO/s1600/ghfgvh.jpeg)
Tradisi dandangan ini awalnya dilakukan untuk mendengar suara bedug di Masjid Menara Kudus yang konon kabarnya dapat berbunyi sendiri (tanpa dipukul) saat menjelang Ramadhan. Barangkali dari suara bedug “dang! dang!” (bukan “dug dug” ya?) asal-muasal nama Dandangan. Saya rasa penamaan ‘Dandangan’ ini mirip dengan ‘Dugderan” di Semarang, yang juga berasal dari suara bedug: “dug dug dug, dher!”.
Sejauh pengamatan saya, aktivitas Dandangan mirip dengan pasar malam yang biasa terdapat di daerah-daerah lain di Indonesia. Hanya saja, kegiatan ini berlangsung selama beberapa minggu dengan jumlah penjaja daganganya sangat banyak dan beragam barang atau jasa yang ditawarkan. Barang-barang atau produk yang ditawarkan sangat beragam: pakaian, sepatu dan sandal, perhiasan, furnitur, hasil kerajinan, mainan anak-anak, dan berbagai jenis makanan.
Meski dibuka hampir sepanjang hari,
dari pagi hingga malam hari, pengunjung acara ini paling banyak pada malam
hari, selepas Maghrib hingga menjelang tengah malam. Pada saat jumlah
pengunjung memuncak inilah kemacetan jalan-jalan di sekitar lokasi tak
terelakkan. Jalan tempat lokasi utama Dandangan itu sendiri telah ditutup oleh
pihak penyelenggara, Dipenda Kudus.
Hanya sepeda motor yang dapat lewat dengan berjalan lambat di sela-sela lapak-lapak para pedagang dan lalu-lalang pengunjung yang berjalan kaki.
Pengunjung Dandangan meliputi segala usia, mulai anak-anak hingga lanjut usia, pria dan wanita. Hanya saja usia remaja tampak mendominasi.
Kemungkinan besar, pengunjung ini tidak hanya berasal dari Kudus, tetapi juga dari daerah-daerah sekitarnya seperti Demak, Jepara, Pati, dan Grobogan.
Hanya sepeda motor yang dapat lewat dengan berjalan lambat di sela-sela lapak-lapak para pedagang dan lalu-lalang pengunjung yang berjalan kaki.
Pengunjung Dandangan meliputi segala usia, mulai anak-anak hingga lanjut usia, pria dan wanita. Hanya saja usia remaja tampak mendominasi.
Kemungkinan besar, pengunjung ini tidak hanya berasal dari Kudus, tetapi juga dari daerah-daerah sekitarnya seperti Demak, Jepara, Pati, dan Grobogan.
0 Komentar untuk "Tradisi "Dandangan" di Kota Kudus"